Thursday, 21 August 2014

Kisah Sepucuk Surat Dari Ibu Mertua



Setiap dari kita yang sudah berumah tangga atau yang akan baru membangun rumah tangga, tentu kita menginginkan dan bertujuan untuk membentuk rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah dan Warahmah. Sebelum membentuknya, tentunya kita harus mempersiapkannya. Dalam agama islam segala sesuatu sudah diajarkan, tinggal kita mempelajarinya. Banyak ayat-ayat dan hadits-hadits yang mengajarkan kita tentang mendidik istri dan anak-anak kita. 



Kisah sebuah Sepucuk Surat Dari Ibu Mertua, yang didalam isi surat tersebut dituliskan untuk seorang menantunya agar bisa mendidik anaknya (istri) dengan baik sesuai yang Allah (Islam) ajarkan. Berikut isi surat tersebut. 

Sepucuk Surat Dari Ibu Mertua

Wahai menantuku,
Aku hanyalah seorang ibu yang ingin berbicara atas nama diriku sendiri dengan melihat putriku sebagai istrimu, dan engkau sebagai menantuku.

Bila engkau membaca pesan ini, semoga engkau melihat pula bayang wajah ibumu yang telah mengandung dan melahirkanmu, berdiri tepat dihadapanmu.

Wahai menantuku,
Engkau imam dunia akhirat untuk putriku. Bukankah engkau juga akan membawanya hingga ke baka?

Wahai menantuku,
Bila ada kelemahan dari istrimu dan seribu lagi keburukan yang dilakukannya akibat kelemahan dan juga kekurangan darinya, itu menjadi tugasmu untuk mendidiknya sekarang dan bukan lagi tugasku.

Wahai menantuku,
Bukankah engkau sebagai suaminya yang harus melindunginya dengan rasa aman untuk putriku? Maka berikanlah keteduhan bagi jiwanya. Engkau adalah seorang suami yang diberikan amanah untuk mendampingi putriku, maka bersabarlah terhadap istrimu dan tetaplah bersikap lemah lembut padanya. Maka sayangi dan peliharalah istrimu dengan jalan Allah.

Wahai menantuku,
Maka selamatkanlah istrimu dari perbuatan dosa-dosa kecil maupun besar. Bukankah nantipun engkau akan ditanya tentang tanggung jawab bagaimana kau mengurus mereka dan mengajarkan mereka amal-amal yang memasukkan ke dalam Surga untuk bisa dilalui oleh yang harus kau bawa serta? Dan pertanyaan itu akan ditujukan padamu wahai menantuku, bukan padaku lagi.

Wahai menantuku,
Engkau diijinkan untuk menghukum istrimu apabila engkau melihat dari haqmu yang dilalaikan olehnya akan tetapi wahai menantuku, hukumlah putriku sewajarnya namun janganlah engkau menghukuminya dengan mengenai wajahnya dan jangan pula menyentuh tubuhnya hingga meninggalkan jejak luka padanya. Janganlah menghardiknya dengan kasar dan umpatan yang merendahkan seolah engkau turut menistakan dirimu sendiri sebab ia itu ialah pakaian dari dirimu.

Wahai menantuku,
Aku titipkan putriku padamu buatlah dia tersenyum menuju Surga atas bimbingan darimu.


Semoga bermanfa'at


Load disqus comments

0 comments